Rahasia Suami Istri Tetap Bahagia Walau Belum Punya Anak
Dalam masyarakat Indonesia yang menghubungkan kesejahteraan keluarga dengan hadirnya anak, dampak infertilitas bisa menjadi tantangan dalam pernikahan.
Berikut ini adalah tantangan umum ketika menghadapi Infertilitas pada pernikahan.
1. Penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar
Hal ini bisa terjadi karena banyaknya pertanyaan seperti “Sudah hamil belum?” lalu merasa minder karena keluarga dan teman sebaya sudah mempunyai anak.
Perasaan tidak nyaman dan tidak tahu cara menyikapinya dapat menyebabkan kita kesulitan menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial.
Baca Juga : Merespon dengan Elegan dan Bijak Saat Ditanya Kapan Punya Anak
2. Mendefinisikan Harga diri
Terutama pada masyarakat yang menganut patriarki, seperti di Indonesia, yang mengidentikkan laki-laki dengan kekuatan, kejantanan, dan kapasitas seksual, dampak infertilitas bisa melukai harga diri pasangan.
3. Berkurangnya frekuensi berhubungan intim
Pasangan dengan masalah infertilitas bisa jadi merasa segan melakukan aktivitas seksual dengan pasangan. Besarnya tekanan untuk segera bisa hamil juga dapat menghalangi kita dan pasangan menikmati hubungan intim.
4. Ketidakpuasan pada pernikahan
Umumnya, pasangan membina rumah tangga dengan tujuan mendapatkan keturunan dan membangun keluarga.
Saat tujuan ini tidak tercapai, timbul ketidakpuasan terhadap pernikahan. Berkurangnya frekuensi berhubungan intim juga dapat menambah dinginnya hubungan pernikahan.
5. Gangguan emosional
Dampak infertilitas pada kondisi psikologis wanita cenderung lebih besar dibandingkan suami. Tekanan yang lebih besar kita rasakan berkaitan erat dengan kodrat wanita untuk mengandung dan melahirkan anak. Karena hal ini pula, seringkali kesalahan dilimpahkan pada wanita.
Baca Juga : Mengatasi Perasaan Cemburu dan Sedih Karena Belum Hamil
Cara Agar Tetap Bahagia Walau Belum Punya Anak
Kebahagiaan dalam pernikahan tidak sepenuhnya bergantung pada kehadiran anak. Kita dan pasangan tentu tetap bisa bahagia walau belum punya anak.
Yuk lakukan yang kita bisa menggunakan apa yang kita punya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
1. Prioritaskan pasangan
Tanpa kehadiran anak, pasangan adalah satu-satunya yang kita miliki dalam kehidupan pernikahan. Karenanya, agar tetap bahagia walau tanpa anak, tidak berlebihan jika kita perlu menjadikan pasangan sebagai prioritas.
Memprioritaskan pasangan berarti memberikan perhatian penuh padanya, juga mengusahakan untuk selalu dapat terhubung secara mental, emosional, dan fisik. Berikut berapa cara menguatkan hubungan dengan pasangan yang bisa kita lakukan.
2. Mengunjungi tempat-tempat baru bersama pasangan
Faktanya, banyak studi yang menemukan bahwa pasangan yang selalu mengusahakan untuk pergi ke tempat baru mendapatkan dampak positif, diantaranya:
-
mengurangi stress
-
menambah keceriaan
-
memperkuat hubungan
-
menjaga kesehatan mental
-
meningkatkan kualitas hubungan
-
dan memberikan kesempatan pada diri untuk bertumbuh.
Tidak selalu liburan panjang di luar kota. Kita bisa sekedar berjalan-jalan bersama pasangan di sekitar taman yang belum pernah didatangi sebelumnya, misalnya.
3. Berterima kasih pada pasangan dan memujinya setiap hari
Salah satu kesalahan terbesar yang bisa merusak hubungan adalah terlalu berfokus pada kekurangan pasangan dibandingkan hal-hal baik tentangnya.
Terutama saat dihadapkan dengan masalah infertilitas, kita dan pasangan akan sangat mudah terjebak dalam situasi negatif dengan saling menyalahkan
Setidaknya sekali dalam sehari, coba beritahu pasangan sesuatu yang kita sukai darinya, misalnya “Aku suka kamu selalu ramah pada tetangga”.
Ucapkan juga rasa terima kasih kita sebagai penghargaan atas hal-hal yang pasangan lakukan, misalnya, “Terima kasih sudah menemani kunjungan ke dokter hari ini”
Selain menjaga keharmonisan rumah tangga, kebiasaan ini akan memberikan manfaat luar biasa pada kesehatan mental kita dan pasangan dengan mengurangi depresi dan membuahkan pola pikir positif.
4. Berpelukan
Salah satu dampak infertilitas pada pasangan menikah salah satunya adalah menurunnya frekuensi aktivitas seksual. Sebagai gantinya, kita bisa berpelukan selama 20 detik setiap hari sebagai bentuk keintiman fisik.
Dengan berpelukan, kita bisa memperkuat hubungan dengan pasangan, meningkatkan kepercayaan padanya, serta mengurangi stres dan kecemasan.
5. Melihat Sisi Positif
Beberapa studi dari Institute for Family Studies menemukan bahwa pasangan yang tidak mempunyai anak lah yang lebih bahagia dibandingkan pasangan yang mempunyai anak.
Cukup mengejutkan ya. Karenanya, kita perlu mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda. Barangkali kita bisa melihat banyak keuntungan yang kita miliki namun tidak dimiliki oleh pasangan yang mempunyai anak.
Tetap kuat dan semangat , semoga selalu diberikan kebahagiaan.
Baca Juga : Rahasia Suami Istri Tetap Bahagia Walau Belum Punya Anak
Ditulis oleh : Muna Fitria
Sumber
- Argyo D. 2008. Dampak Infertilitas Terhadap Perkawinan (Suatu Kajian Perspektif Gender) [Laporan Penelitian]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
- https://www.jognn.org/article/S0884-2175(15)32784-2/fulltext#:~:text=Infertile%20individuals%20experienced%20greater%20dissatisfaction,affected%20even%20more%20by%20infertility
- https://www.lifehack.org/592259/what-i-do-to-keep-the-spark-alive-in-my-10-years-of-marriage
- https://www.apa.org/monitor/2010/10/marriage