Perkembangan Komunikasi Balita 2-3 Tahun

Perkembangan komunikasi adalah kemampuan anak untuk memahami dan menggunakan Bahasa. Sejak lahir, bayi secara bertahap mengembangkan dua keterampilan berkomunikasi: komunikasi reseptif dan komunikasi ekspresif.
Komunikasi reseptif adalah kemampuan untuk menerima dan memahami pesan yang disampaikan.
Komunikasi ekspresif adalah kemampuan untuk menyampaikan pesan.
Perkembangan
Anak belajar banyak dari kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain. Saat anak mengajukan pertanyaan “Kenapa …?” dan “Apa …?”, juga saat anak belajar menyampaikan keinginannya.
-
Memahami perintah sederhana, seperti “Tolong tutup pintunya”
-
“Bercakap-cakap” dengan boneka
-
memahami pertanyaan sederhana seperti “Adik mau ikut Mama?”
-
mengajukan pertanyaan “apa” dan “dimana”.
-
Menggunakan 2-3 kata dalam kalimat. Kalimat ini biasanya dipakai untuk meminta makanan atau minuman, seperti “mimik susu”, atau dalam kalimat negatif, seperti “tidak mau” atau “tidak suka”.
-
Bisa merujuk pada diri sendiri dengan namanya atau dengan kata “aku”.
-
Memiliki sekitar 200 – 450 kata yang bisa mereka ucapkan, termasuk nama-nama bagian tubuh dan kata kerja. Karenanya, anak usia 2 tahun bisa mengidentifikasi gambar.
-
Meminta perhatian orang lain dengan kata-kata, misalnya dengan mengatakan, “Ma. Lihat, Ma!”
-
Mengenali 3-4 warna.
Stimulasi
Untuk mendorong perkembangannya, anak sebaiknya didukung dengan stimulasi. Tentu saja rangsangan ini dapat diberikan lewat permainan atau kegiatan sehari-hari bersama anak.
Beberapa stimulasi yang dapat Mommy lakukan untuk mendukung perkembangan komunikasi anak 2 tahun antara lain:
- Mengajarkan nama segala sesuatu yang ditemui saat jalan-jalan maupun yang dilihat di buku atau TV.
- Untuk memancing rasa ingin tahunya, Mommy bisa menanyakan “Apa ini?” alih-alih langsung memberitahunya.
- Saat anak salah melafalkan atau menyebutkan kata, Mommy sebaiknya segera membenarkannya, tanpa menunjukkan kesalahannya. Cukup katakan saja kalimat yang benar.
- Tidak menirukan pengucapan anak yang cadel, karena apa yang Mommy ucapkan menjadi contoh bagi anak.
- Sama halnya dengan penggunaan kalimat, Dorong anak untuk menggunakan kalimat dengan memberikan contoh. Misalkan saat anak mengatakan “Mama. Susu.” untuk meminta susu, Mommy sebaiknya segera mengatakan “Adik minta susu”. Namun jangan minta anak untuk segera mengulangi perkataan Mommy.
- Membaca lantang (read aloud) buku favorit anak. Anak senang mendengar cerita yang sama berulang-ulang. Dari cerita tersebut, anak bisa belajar mendeskripsikan gambar, struktur kalimat, contoh percakapan, dan menambah kosakata.
Tanda-Tanda Keterlambatan
Perkembangan komunikasi setiap anak memang berbeda, namun cenderung mengikuti pola yang kurang lebih sama dalam rentang usia tertentu. Waspadai tanda-tanda keterlambatan berikut ini :
-
Kosakata sepertinya tidak bertambah.
-
Tidak tertarik untuk berbicara atau bermain dengan orang dewasa atau anak-anak lain.
-
Tidak menunjukkan keterampilan bermain peran. Misalnya, berpura-pura jadi ibu dan anak dengan menggantikan baju atau menyuapi bonekanya.
-
Tidak menggunakan 2-3 kata dalam kalimat.
-
Tidak bisa menyebutkan nama saat ditanya.
-
Tidak menggunakan kata “tidak” untuk menolak sesuatu
Jika anak Mommy sudah mendekati usia 3 tahun namun masih menunjukkan dua atau lebih tanda di bawah ini, Mommy sebaiknya menghubungi terapis wicara untuk memastikan anak tidak mengalami masalah perkembangan bicara.
Ditulis oleh : Muna Fitria
Sumber
- https://pathways.org/topics-of-development/communication/
- http://www.kamloopschildrenstherapy.org/communication-toddler-milestones
- https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/pdf/checklists/CDC_-LTSAE-Checklists-with-Tips-2year-P.pdf
- https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/expert-answers/toddler-speech-development/faq-20057847