Jenis dan Efek Samping Suntik Hormon untuk Hamil
Suntik hormon untuk hamil merupakan salah satu terapi infertilitas pada wanita. Terapi suntik hormon dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari proses ovulasi sehingga dapat meningkatkan peluang kehamilan.
Definisi1,2,3
-
Terapi suntik hormon untuk hamil merupakan prosedur pemberian hormon gonadotropin dan Synthetic Human Chorionic Gonadotropin (hCG) untuk mendukung proses ovulasi.
-
Gonadotropin merupakan hormon yang terdiri dari luteinizing hormon (LH) dan follicle-stimulating hormon (FSH).
-
Kedua hormon ini secara normal diproduksi oleh kelenjar pituitary dan berfungsi untuk menstimulasi ovarium agar memproduksi folikel yang mengandung telur (oosit).
-
Gonadotropin yang digunakan sebagai terapi infertilitas merupakan hasil rekombinan yang diproduksi melalui laboratorium.
-
Pada kebanyakan wanita yang mengalami gangguan kesuburan injeksi hormon yang hanya mengandung FSH lebih direkomendasikan.
-
Sedangkan pada wanita yang dengan siklus menstruasi yang tidak teratur atau memiliki hormon LH dan FSH dengan kadar yang sangat rendah direkomendasikan menggunakan terapi yang mengandung hormon LH dan FSH.
Baca Juga: Penting, Inilah Pengertian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas
Indikasi
Indikasi pemberian injeksi hormon gonadotropin sebagai stimulan ovarium adalah:3
-
Menginduksi ovulasi pada wanita yang tidak dapat berovulasi secara spontan/alami
-
Pada wanita yang dapat berovulasi namun memiliki masalah pada terjadinya pembuahan (ketidaksuburan yang tidak dapat dijelaskan)
-
Pada wanita yang sedang menjalani program in vitro fertilization (IVF)
Jenis-jenis hormon yang digunakan
Jenis hormon yang digunakan pada terapi infertilitas adalah:1,2,3
1. Synthetic Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Hormon hCG merupakan hormon alami yang membantu pematangan akhir sel telur dan memicu ovarium untuk melepaskan sel telur yang sudah matang (ovuasi).
Hormon ini juga merangsang korpus luteum untuk mengeluarkan hormon progesteron yang mempersiapkan lapisan rahim untuk penempelan sel telur yang sudah dibuahi.
Ovulasi biasanya terjadi sekitar 36 jam setelah hormon hCG diberikan. Hormon hCG disuntukkan secara intamuskular. Merk hormon hCG antara lain PregnylÃ’, NovarelÃ’, dan OvidrelÃ’.
2. Follicle Stimulating Hormon (FSH)
Hormon FSH bekerja pada otak (hipotalamus dan kelenjar pituitary) agar menstimulasi pematangan sel telur pada ovarium.
Hormon FSH dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan human menopouse gonadotropin (hMG) untuk menginduksi super ovulasi.
Merk hormon FSH antara lain BravelleÃ’, FollistimÃ’, dan Gonal-FÃ’. Hormon FSH diinjeksikan di bawah kulit (subkutan).
3. Human Menopausal Gonadotropins (hMG)
Hormon ini mengandung FSH dan LH untuk menstimulasi ovarium agar menghasilkan banyak sel telur dalam satu siklus.
Merk hormon hMG antara lain MenopurÃ’ dan RepronexÃ’. Hormon ini digunakan pada wanita yang tidak berovulasi secara spontan atau yang berovulasi sangat tidak teratur.
4. Gonadotropin-Releasing Hormon (GnRH)
Hormon ini digunakan untuk menstimulasi kelenjar pituitary untuk mensekresikan LH dan FSH. Merk GnRH yang umum antara lain FactrelÃ’ dan LutrepulseÃ’.
Prosedur suntik hormon3
Sebelum melakukan suntik hormon Mommy dan suami harus menjalani prosedur lengkap, seperti pemeriksaan anatomi kandungan melalui pemeriksaan dalam dan USG, pemeriksaan fungsi tuba melalui HSG (hysterosalpingogram), dan pemeriksaan darah untuk mengetahui profil hormon kesuburan; serta pemeriksaan analisa sperma untuk suami.
Bila secara anatomi dan fungsi tuba tidak ada kelainan, serta obat-obat pemicu ovulasi oral tidak berhasil memicu ovulasi maka terapi suntik hormon dapat digunakan sebagai pilihan. Ada sejumlah protokol terkait jenis, dosis, dan waktu induksi ovulasi dengan hormon gonadotropin. Protokol yang digunakan tergantung pada kondisi wanita dan preferensi dokter.
Berikut ini adalah salah satu contoh prosedur suntik hormon yang bisa saja berbeda dengan prosedur yang akan Mommy lakukan.
1. Hari pertama perdarahan menstruasi
dianggap sebagai hari ke-1 siklus (bagi mereka yang mengalami oligoovulasi (ovulasi tidak teratur) atau anovulasi (tidak terjadi ovulasi) perdarahan dapat diinduksi dengan progestin).
2. Pada hari ke 3 sampai 5
Mommy mungkin diminta untuk menjalani tes darah untuk mengukur kadar hormon dan USG panggul untuk memastikan tidak ada kista besar yang sudah ada sebelumnya di ovarium. Mommy juga akan diberi petunjuk tentang dosis dan waktu injeksi pertama berdasarkan hasil tes ini.
Respon wanita sangat bervariasi dalam menanggapi suntikan hormon FSH. Beberapa wanita hanya membutuhkan dosis kecil FSH untuk merangsang pertumbuhan folikel, namun ada juga wanita yang membutuhkan dosis FSH yang lebih besar untuk merangsang pertumbuhan folikel. Umumnya dokter akan memulai terapi hormone FSH dengan dosis kecil untuk meminimalkan risiko pertumbuhan banyak folikel.
3. Suntikan gonadotropin
Pada kebanyakan kasus, Mommy akan mendapatkan suntikan gonadotropin sekali sehari, pada malam hari (contohnya antara jam 5 dan jam 8 malam). Suntikan umumnya diberikan di bawah kulit.
4. Setelah beberapa hari suntikan
Mommy akan diminta melakukan USG panggul untuk mengukur pertumbuhan folikel dan mungkin tes darah untuk mengukur kadar hormon (serum estradiol).
Dosis gonadotropin dapat dipertahankan, ditingkatkan, atau diturunkan berdasarkan hasil tes ini. Tes darah dan USG panggul dapat diulang tiga kali atau lebih selama satu siklus.
5. Untuk wanita yang tidak berovulasi secara spontan
Tujuan pemberian suntik hormon adalah memiliki satu folikel yang berukuran kira-kira 15 sampai 18 mm.
Jika tiga atau lebih folikel (masing-masing lebih besar dari 15 mm) terlihat, siklus dapat dibatalkan karena risiko hamil kembar, atau dalam situasi tertentu dapat diubah menjadi fertilisasi in vitro (IVF), sehingga klinisi dapat mengontrol jumlah embrio yang ditempatkan di dalam rahim.
6. Ketika hasil tes darah dan pengukuran USG menunjukkan bahwa folikel sudah “siap”
Mommy akan diberikan suntikan hCG untuk memicu ovulasi. Hormon hCG biasanya disuntikkan di bawah kulit pada malam hari.
7. Setelah ovulasi
Mommy akan diinstruksikan untuk melakukan hubungan intim atau melakukan inseminasi intrauterine (IUI).
8. Dua minggu Setelah melakukan hubungan intim atau IUI
akan dilakukan pengukuran kadar hormone hCG dalam darah atau urin untuk mendeteksi kehamilan. Bila kadar hormone hCG meningkat dan menandakan kehamilan maka perlu dilakukan USG panggul.
Efek samping1,3
Terapi suntik hormon gonadotropin biasanya tidak menimbulkan efek samping secara langsung. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah:
-
Ovarium menjadi agak membesar sehingga menyebabkan ketidaknyamanan perut dan dalam kasus yang lebih parah dapat menyebabkan mual dan muntah.
-
Peningkatan insiden kehamilan bayi kembar
-
Peningkatan insiden keguguran dan kelahiran prematur
-
Bengkak atau ruam pada lokasi penyuntikan
-
Sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS). OHSS adalah suatu kondisi di mana ovarium menjadi agak membesar dan banyak folikel berkembang di ovarium.
-
Dalam kasus yang parah, wanita tersebut dapat mengalami sakit perut yang parah, muntah, pembekuan darah di kaki atau paru-paru, dan ketidakseimbangan cairan dalam darah.
-
OHSS sedang terjadi pada <6% kasus, dan OHSS berat terjadi pada <2% wanita yang menjalani pengobatan dengan gonadotropin.
Baca Juga : Infertilitas pada Wanita | Tanda, Penyebab dan Faktor Risik
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apakah semua wanita yang infertil dapat diterapi dengan gonadotropin?
Pemberian terapi gonadotropin bermanfaat pada wanita dengan kondisi:3
-
Wanita yang tidak dapat berovulasi sama sekali atau wanita yang dapat berovulasi namun tidak teratur. Pemberian gonadotropin pada wanita kelompok ini bertujuan untuk menstimulasi pembentukan satu folikel yang mengandung satu telur.
-
Wanita yang dapat berovulasi secara normal. Gonadotropin dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan (dengan IVF, IUI, atau dengan proses pembuahan alami) dengan menstimulasi ovarium untuk memproduksi lebih dari satu folikel.
-
Penggunaan gonadotropin pada kelompok wanita ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan bayi kembar.
Apakah suntik hormon gonadotopin menjadi pilihan terapi infertilitas pada wanita dengan PCOS?
-
Suntik hormon ginadotropin umumnya tidak menjadi pilihan terapi awal infertilitas pada wanita dengan PCOS. Pada wanita dengan PCOS terapi dengan Letrozole aoatu Clomiphene lebih dipilih sebagai terapi awal dibanding suntik hormon gonadotropin.
-
Kelebihan terapi dengan Clomiphene atau Letrozole dibanding Gonadotropin adalah dapat diberikan secara oral, memiliki efek samping yang lebih sedikit, biaya yang dibutuhkan lebih sedikit, dan risiko terjadinya kehamilan bayi kembar lebih rendah.
-
Bila pengobatan dengan Clomiphene atau Letrozole belum berhasil, maka suntik hormon Gonadotropin dapat dicoba untuk menstimulasi ovarium.3
Terapi infertilitas tentunya disesuaikan dengan penyebab terjadinya, bila masalah kesuburan berkaitan dengan proses ovulasi dan obat hormon oral tidak dapat membantu maka terapi suntik hormon untuk hamil dapat Mommy coba.
Pengobatan untuk infertilitas yang berkaitan dengan kualitas sperma dapat dibaca di sini
Ditulis oleh : apt. Silvia Dwi Puspa Susanti, S.Farm.
Sumber
- American Pregnancy Asspciation, Fertility Medications, [Online], Tersedia dalam: https://americanpregnancy.org/getting-pregnant/fertility-medications-70959
- UCSF Health, Ovulation Induction, [Online], Tersedia dalam: https://www.ucsfhealth.org/education/ovulation-induction
- UpToDate, Patient education: Infertility treatment with gonadotropins (Beyond the Basic), [Online], Tersedia dalam: https://www.uptodate.com/contents/infertility-treatment-with-gonadotropins-beyond-the-basics